Move To Homeland : Semarang

Move To Homeland : Semarang

Hamdallah, alhamdulillah akhirnya akhir Januari 2016, #KerluargaBapakWiwi resmi beneran pindah ke Semarang,

Bukan berarti kami ga suka hidup di Bandar Lampung, kota ujung Sumatera tempat #TheYumnaas dilahirkan, tetapi lebih karena banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dan jauh lebih baik ketika kmai hidup di kota dimana keluarga besar kami berada.

Urusan mutasi #IbukEnong yang udah dimulai sejak Mei 2015, kelar total di akhir Desember 2015, ntar kalo pengen nulis tentang mutasi ini bakal ditulis di 1 postingan khusus (Insyaalloh)

Tanggal 25 Desember, #KeluargaBapakWiwi boyongan meninggalkan Bandar Lampung dengan menggunakan #Zambora, sebenernya ga semua selesai saat itu, karena yg harus keburu pindah #IbukEnong yg otomatis ya #TheYumnaas nya musti mikut kan, sedangkan #BapakWiwi kembali lagi ke Bandar Lampung untuk urusan resign pekerjaan dan boyongan perabotan rumah sebulan kemudian.

After all, senang bisa kembali ke tanah kelahiran.. bhay mudik antar pulo 🙂

WP_20151230_022

Melipir Ke Kota Lama Semarang

Jpeg

Ini adalah tentang secuil kisah perjalanan kami saat lebaran kemaren (2015). Selain jalan-jalan ke Goa Kreo di Semarang bagian barat, salah satu destinasi unik di Kota Atlas pun tidak kami sia-siakan. Benar, Kota Lama Semarang. Hampir dikebanyakan kota di Indonesia punya “Kota Lama”. Tak terkecuali kota yang menjadi ibu kota Proivinsi Jawa Tengah ini. Kota Lama berarti adalah merupakan pusat kota pada zaman tua dahulu (zaman kolonial mungkin, yang jelas bukan zaman batu). Setalah pusat kota berpindah tempat, maka pusat kota yang ditinggalkan pun menyandang titel sebagai Kota Lama. Sudah pasti disana banyak sekali bangunan-bangunan tua (yang dulunya paling megah) yang menjadi daya tarik tersendiri. Dan entah mengapa Kota Lama dimana pun selalu menarik untuk ditelusuri.

Salah satu bangunan ikonik Kota Lama Semarang adalah Gereja Blenduk. Yaitu merupakan gereja tertua dan terunik di Semarang. Bulatan besar yang menyerupai blenduk pada ujung atas bangunan membuat gereja ini lain dari pada yang lain. Ini bukan hanya sekedar tempat ibadah saja, melainkan warisan budaya yang patut untuk ketahui. Meski saya orang muslim tapi saya mengagumi artistektur dari gereja ini. Di depan gereja fenomenal tersebut ada sebuah taman yang bernama “taman Srigunting”. Tempatnya adem, banyak yang nongkrong disana, dan asri banget. Pohon-pohon yang rindang dan sapuan angin sepoi membuat tenteram jiwa dan raga. Ada banyak tempat duduk yang cukup nyaman khas taman-taman kota, tempatnya pun bersih dan nyaman. Namun sayang, Papan nama “Taman Srigunting” nya sering tertutup spanduk karena ada yang sering memasang spanduk tepat di depan papan nama.

Kebetulan waktu itu ada seperti komunitas mobil klasik yang nongkrong di seputar taman. Mereka mengaku memang sering sekali nongkrong di sana apalagi di saat weekend atau hari libur. Dan ternyata, mobil klasik tersebut bisa disewa untuk jalan-jalan muter-muter Kota Lama. Pengen sih, tapi karena waktu dan budget akhirnya niat pun kami urungkan. Tarif? Aduh lupa gak tanya cui. Jangankan tanya ini itu, foto-foto aja gak kepikir. Soalnya sungkan juga pasti jauh dari budget di dalam dompet. Mungkin lain kali jika niat mampir sana pasti akan coba. Dan, wew terkejut pula saat melihat di samping kiri taman ada lapak dengan barang dangangan yang super klasik. Wew, pokoknya tempo doeloe baanget. Kolektor barang klasik pasti jingkrak-jingkrak melihat lapak itu. Ada kamera jaman jebot, perabot jaman nenek moyang, hingga poster iklan jaman perang juga ada. Kumplit banget dah meski ukuran lapak mini. Oiya bagi anda yang sedang mencari pecahan uang untuk mahar atau mas kawin, disini juga tersedia.

Dan ini nih yang paling unik. Tepat di tengah-tengah taman, ada becak yang sengaja untuk dipajang sebagai property photo. Bagi anda yang banci photo sudah pasti mata anda akan ijo. Kendaraan sejenis becak dengan style yang kuno berkelir hitam dan merah muda berdiri cantik disana. Anda tinggal pasang tampang dan ada juru poto yang siap anda mintain tolong untuk mengambil gambar. Bukan juru photo profesional, namun ada om-om yang punya becak tersebut siap sedia meladeni anda. Tidak ada uang sewa property atau tarif photo per-shoot. Anda tinggal memasukkan uang “seikhlasnya” saja pada kardus yang teronggok di sisi becak. Mau narsis sendiri juga kece, apalagi bareng rombongan keluarga, pasti kelihatan lebih oke. Kiddos? Sudah pasti kooperatif kalo soal pose. Maklum, dapet bakat turunan dari emaknya (yang banci photo).

Muter-muter (jalan kaki) di sekitaran taman pun kami lakukan agar rasa kangen semarang semakin terobati. Wew, surprise lagi. Ada penjual Es Bogado Tempo Doeloe. Itu lho es gosrok dengan sirup merah. Gerobak pink dan sang penjual yang hitam kontras sangat mencolok sekali bertengger di pinggir jalan samping gereja. Bapak penjual pun terlihat sangat cekatan meladeni pembeli yang mengantri. Bertemu es yang legendaris itu pun tak kami sia-siakan. Kami langsung mengantri dan kebetulan ada mie jowo yang mangkal di samping gerobak es. Mhhh yummy welcome to panganan jowo… anak-anak? Cukup gelosoran dengan teh anget di pangkuan.

Resep yang terjaga dari bapak penjual es bogado pun membuat es ini makin menjadi legend. Sueger pol ndaaa. Dalam semangkuk porsi es Bogado ada Cao, Kacang ijo, Mutiara, Jelly, Selasih, dan Tape kering hasil oven. Disiram dengan es gosrok, sirup dan susu kental manis. Hmmh dijamin suger pokoke. And did you know? Bapak penjualnya hanya mau memakai sirup Kartika dan susu kental manis Bendera. “Sirup yang legendaris dan masih memegang teguh esensi sirup merah dari dulu hingga kini ya cuman Kartika. Kalo yang lain rasanya sudah beda”, tukasnya. Susu kental manis bendera pun beliau pilih karena rasa yang tidak berubah dari dulu hingga kini. Kalo anda sekalian kepengen merasakan kesegarannya, monggo samperin aja di sekitar gereja blenduk pada jam 10 – 11 pagi. Setelah itu tidak dijamin dagangan masih tersedia. Karena tidak sampai tengah hari dagangan es Bogado bapak ini sudah ludes.

Selepas menyantap es Bogado dan mio jowo, kamipun beranjak. Katanya ada warung gulai kambing yahud di sekitar situ. Dan benar saja, hanya sekitar 20 langkah dari gerobak es bogado kami temukan warung (seperti kaki lima) dengan spanduk penutupnya bertuliskan “Gulai Kambing Pak Sabar”. Katanya lagi sih, ini gulai kambing juwara bgt. Kami pun langsung pesan dan duduk dengan nyaman. Kita bisa pilih daging atau bagian mana yang tersedia dan akan direbus di bumbu kuah gulai (kurang lebih seperti pemilihan daging pada penjual nasi gandul khas Pati). Setelah pesanan datang, kami pun langsung menyantap bersama kidos. Rasanya cukup enak. Namun imho tidak sejawara gulai kambing buatan sendiri, sih. Mungkin ini adalah efek perut yang masih terisi, jadi makanan sedahsyat apapun akan terasa biasa saja. Tapi dengan harga 22K (cmiiw waktu itu) menurut kami kurang bersahabat di tanah semarang yang sebenarnya masih buanyak kuliner yang lebih murah. Namun, si bungsu kelihatan lahap sekali menyantap suap demi suap. Baru tau dia betapa endulsnya daging kambing.

Quality time yang seperi ini dengan anak-anak sudah pasti tidak kami sia-siakan. Mengajak anak-anak untuk mengenal secuil sejarah kota lama Semarang dengan bangunan, aura, dan kuliner klasiknya tentu akan membekas di benak mereka. Senang bermain di taman, heppy makan sambil gelosoran, dan tentu dapet sedikit wawasan yang tak terlupakan. Semoga bisa sering hangout bareng ya gaes. Lebaran depan insyaallah tidak ada mudik APAP (Antar Pulau Antar Propinsi) lagi. Tinggal gelinding pake bis AKDP paling 2-3 jam juga sampai. Terus mau melipir kemana ya? Ada ide? Yang jelas sudah ada wacana “sebulan sekali” bakal ada touring keluarga. Kemanapun itu yang penting quality time dengan keluarga. Semoga terlaksana. amiin…

Lebaran 2015 ini memang sangat berwarna. Puas di rumah kung, uti Ngluwak dan Semarang. Melancong ke tempat yang asyik-asyik. Dan kidos selalu sehat dan ceria, itu yang membiat kami bahagia.

Regards,

Bapak Wiwi

Weaning With Love : #Daira

hellow blog… maap sedang susah posting due to acak adut of internet connection di sekitar hidup saya. Ini pas banget lah nemu leptop yg konek wifi, jadi mari #IbukEnong nulis lagi.

Dan tema yg beruntung terpilih adalah “Menyapih Dengan Cinta” alias “WWL” untuk mba #Daira, yang berhasil sapih di pas 2 tahun usianya, ga kurang ga lebih.

Saya harus bilang, #Daira memang istimewa , ini terbukti dengan proses WWL yg berjalan sangaaatttttt smoth dan sama sekali tidak ada pihak yg tersakiti. Padahal dulu ngebayanginnya bakalan susah banget keknya ntar nyapih #Daira inih. Yaabes, selain #Daira itu freakkkkkkk banget sama nenen , posesif tiada tara, kondisi nya saat menyapih #Daira ini saya sedang tandem  nursing #Daira dan #Gandiwa (tiba-tiba kangen momen tandem nursing ituuu T.T ). Secara psikologis, kami berpikir bahwa#Daira akan sangat tersiksa ketika melihat adeknya bebas nenen, sementara dia sudah ahrus bhay sama nenen kan…

Tapi, anak wedok saya itu meamng sungguh tangguh. Dia bisa melewati itu semua tanpa drama,tanpa air mata, dan tanpa tergoda (dikit sih kalo tergoda mah.. heheh). Jadi begini prosesnya:

Sebulan sebelum #Daira ulang tahun yg ke-2, saya dan #BapakWiwi sudah sounding ke ybs, bahwa sanya ketika nanti mba #Daira tiup lilin ulang taun, berarti mba #Daira sudah tidak boleh nenen lagi ya, mba #Daira sudah 2 tahun, mba #Daira sudah harus sapih ya anak saliha… begitu kira2, itu setiap kali dia minta nenen, selalu saya bilang begitu :). oiya, selain sama #BapakWiwi, saya juga mengajak ibu2 asuh di daycare dan uti-kung nya untuk men-sounding #Daira juga. Anaknya mengerti? ya iya-iya enggak, tapi lebih ke engga nya keknya 🙂

Saya jugasdh bagi tugas sama #BapakWiwi utuk metode WWL #Daira ini, dan Alhamdulillah #BapakWiwi juga menjalankan peranyya dengan sangat sempurna saat proses WWL ini. Pembagian tugas nya seperti ini, #BapakWiwi bertugas mengalihkan perhatian #Daira ketika #Daira ingin dan ingat untuk nenen. Mengalihkannya dengan berbagai cara, mulai menawarkan minum air putih saja, atau minum susu uht, atau mengajak main, atau bercerita, atau menggendong, pokoknya apa saja yg positif yg bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian #Daira sama nenen. And, im proud of you, dear #BapakWiwi, our beloved AyahA

Tibalah saat hari-H ulang yaun si mba #Daira yg ke-2, Kamis 16 April 2015, pagi, kami bawa kue ulang tahun ke daycare, dan mba #Daira tiup lilin di sana bersama teman2nya, lalu setelah tiup lilin, kembali kami mengingatkan mba #Daira, tentang sapih. Reaksi si bocah ? angguk2 aja. Entah apa maksudnya mudeng apa engga.

Proses WWL saya ini juga lumayan kebantu dengan keseharian si gadis yg pagi-sore di daycare, dan sejak umur 1 tahun, ybskan sudah tdk bawa asip lagi ya saat di daycare, baru sore saat sy jemput di daycare, dese lgsg nemplok nodong minta nenenlagi, jadi ya rutinitas pagi-sore menyapih masih aman deh, yg jadi masalah adalah ketika sore saya datang itu. Maka sepakatlah kami, selama proses menyapih ini, alur penjemputan berubah. Kiddos dijemput sama #BapakWiwi, lalu bersama2 mereka menjemput saya di kantor, dan langsung pulang. Seperti yg saya duga, hari pertama menyapih itu, #Daira lupa, saat saya masuk mobil lgsg donk minta nenen. Karena WWLitu dibutuhkan tekad bulat dan niat kuat, maka saya bilang baik2 dan mengingatkan #Daira tentang proses sapih ini. Reaksinya? jelas menangis, tapi saya coba beri pengertian dan mengalihkan perhatian, secara di mobil bapaknya lg nyetir kan… saya pangku dan peluk #Daira sambil terus mengatakan #Daira sudah sapih. Sementara itu adeknya di car seat juga sdh gelisah ribut minta nenen ajah, terpaksa saya cuekin dulu. Hingga tiba di rumah, kembali #Daira minta nenen, terlebih ketika #Gandiwa sdh sakaw dan saya tancepin nenen, waaaaa #Daira udh mau marah aja, untung #BapakWiwi sigap, sampe akhirnya tertidur tanpa nenen dah WWL hari pertama berakhir cukup sempurna. Proses ini berjalan kira2 seminggu, masuk minggu #2 WWL, #Daira sudah mulai beradaptasi, sampe akhirnya lupa sama sekali dan gamau sama sekali kira2 3 minggu setelahya.. Alhamdulillah.

Kunci dari WWLadalah kerjasama yg baik dan komitmen yg sama kuatnya dari Ibu, Bapak, dan si anak yg di WWL.

Ibu, harus kuat dan tekad tdk tergoda untuk memberikan nenen lagi ketika si anak terlihat ‘mau’. Jangan mudah termakan bujuk rayu yaa.. hahahha

Bapak, sejatinya adalah pemeran utama episode WWL ini, krn WWL ini kan semacam proses penyerahan ‘hidup’ bayi dari Ibu ke Bapak, bagaimana mungkin WWL akan sukses jika pemeran utama nya tidak memainkan perannya dengan baik.. dan sao far, #BapakWiwi adalah pemeran utama terbaik buat kami 🙂

Anak, anak nyg di WWL harus ekstraaaaaaaaa dijaga psikologis dan fisik nya saat proses WWL. Sebab proses WWL ini turut menentukan akan menjadi pribadi seperti apa kelak si anak. Ketika si anak disapih dengan paksa, maka akan membuka kemungkinan dia hidup dengan beban keterpaksaan, jika si anak disapih dengan alat untuk keperluan mengelabuhi, maka kita sebenarnya telah menananmkan kebohongan dan penipuan pada proses kehidupan anak kita, lalu menyapih juga butuh keadilan, ini untuk kasus Tandem Nursing ya, menyapih dengan adil akan menghindarkan anak dari sifat iri dan dengki, maka saat proses menyapih #Daira, saya juga selalu sounding, bahwa #Gandiwa adalah adek yg belum bisa mandiri sendiri seperti halnya mba #Daira, jadi masi membutuhkan nenen #Ibuk, kelak saat sudah tiup lilin angka 2, adek #Gandiwa juga akan sapih seperti halnya mba #Daira, entah dia mudeng apa engga, tapi Alhamdulillah, nyatanya #Daira sama sekali tidak merasa iri dan kepengen nenen saat kemudian setelah sapih #Gandiwa bebas nenen..

Oleh sebab itu, proses menyapih yang dianjurkan adalah proses WWL, Weaning With Love,menyapih dengan cinta, sebab Cinta lah yg kita tanamkan pada proses kehidupan anak sejak awal.

WP_20150911_047

Proud of you, mba #Daira :*

 

 

Melihat Rusa di Unila

P_20151004_163450_1_p

Ini adalah salah satu aktifitas kebersamaan kami dengan kidos. Prioritas kami sih, quality time bersama mereka dan bukan dimana momen kebersamaan tersebut. Asalkan nyaman, kami senang, dan kidos riang itu sudah lebih dari cukup. Sepertihalnya di satu tempat ini. Kami kadang menghabiskan waktu sore menjelang petang di salah satu spot di Universitas Negeri Lampung. Di kebun rawa lebih tepatnya. Disana ada beberapa ekor rusa yang sudah di tutup dengan pagar besi di tiap pinggir kebun.

Areanya cukup luas untuk rusa-rusa itu berkeliaran. Namun mereka lebih suka berkumpul di suatu tempat yang disana sering sekali para pengunjung memberi makan. Sebenarnya pihak pemelihara sudah memberi peringatan kepada pengunjung untuk tidak memberi makanan apapun dari luar. Namun karena memang interest nya di situ, sebagian besar pengunjung selalu membawa rumput untuk diberikan pada para rusa agar bisa melihat mereka lebih dekat.

Tak terkecuali saat kami berkunjung ke sana. Ada saja pengunjung yang membawa dedaunan untuk dberikan ke rusa-rusa. Para pengunjung pun berkerumun mendekati rusa-rusa, apalagi anak-anak yang memang sangat menyukai binatang. Mereka bersorak karena geli berada sangat dekat dengan rusa, ada pula yang merasa takut saat didekati rusa, dan tidak sedikit pula yang girang melihat rusa dari dekat. Yang jelas keceriaan selalu terpancar dari para pengunjung terutama anak-anak.

Meskipun begitu, sebenarnya tidak seyogyanya para rusa ada di sana. Setidaknya mereka ada di kebun binatang untuk penanganan yang lebih baik. Atau seharusnya memang mereka berada di habitat mereka yakni hutan. Kalaupun harus di kebun itu, lebih bijak jika dipelihara dengan sebaik-baiknya. Karena saya lihat beberapa rusa terlihat tidak sumringah bahkan ada yang sakit (kulitnya seperti kudis). Mungkin pihak pemelihara kurang fokus dalam memelihara rusa-rusa yang ada di sana. Kalau saja bisa lebih fokus, saya yakin rusa-rusa tersebut akan terlihat lebih canthas.

Terlepas dari itu semua, ada nilai positif yang didapat dari keberadaan rusa di sana. Bisa menjadi tempat seru-seruan dengan anak-anak geratis. Yah, meski tidak terlalu menarik bagi orang tua. Semoga berguna…

Regards,

Bapak Wiwi

#KeluargaSehat : Sejarah

#KeluargaSehat : Sejarah

By : #IbukEnong

Jadi, sebagai keluarga perantau yang hidup di tanah ranyau tanpa saudara, sudah menjadi keharusan bagi kami untuk berteman sebanyak2nya. Baik dengan teman kantor, teman main, teman komunitas, baik dari #BapakWiwi, #IbukEnong, maupun #TheYumnaas..

Oleh sebab alasan tersebut, kami mulai mencari dan menginisisasi suatu kebersamaan yang bisa melibatkan seluruh anggota keluarga.

Dan groupis pertama yang saya mau bahas adalah #KeluargaSehat, iya itu nama grupis kami. Grup ini berawal dari pertemanan #BapakWiwi dengan teman kantor nya yang sebaya dan ndilalah punya anak yg umurnya ga jauhhhh dari #TheYumnaas. Keluarga muda, yang punya visi sama dalam membesarkan kiddos. Misi kami adalah saling mendekatkan satu  sama lain, seluruh anggota keluarga.

Ide monthly playdate ini berawal di acara ulang tahun ke-2 mba #Daira, intinya sih kita ketemu setiap bulan, formasi lengkap, tempat yg kids friendly, makanan yg yummy and not pricey :p

Persiapan playdate perdana #KeluargaSehat ini seru, ya biasalah emak2 nya kan hebring yes.. hahaha.. mulai dari bikin grup BBG, huntung tempat dan dealing waktu, sampe beli dresscode buat kiddos lewat belanja online.. bahahhahahk 🙂 🙂

Oiya sejarah anggota nya begini :

#BapakWiwi dikantor punya temen sedivisi, yaitu Tante Shantika dan Oom Endra, mereka cukup akrab, ya karena satu divisi ya.. lalu ada lagi Tt Novri yg ternyata berteman dengan teman saya SMA saat kuliah, saya dan mba Novri ini kemudian saling japri komunikasi tentang parenting, masak2an buat mpasi, dunia nenen, dan lain2 lewat BBM, kebetulan juga saat saya hamil #Daira, mba Novri ini juga lagi hamil. Di satu sisi lainnya, adalah -masih temen kantor #BapakWiwi, yg juga temen pulang-pergi-main Tt Shantika, yg saat saya hamil mba #Daira, dese ini juga lagi hamil, selisih 2 minggu doank lairannya, namanya Tt Lia. Komunikasi kami berjalan seputaran kehamilan diawalnya, sampe satu persatu pada punya anak akhirnya, pun sampe satu persatu hengkang dari kantor #BapakWiwi cs itu.. hahahhaha…

mari kita lihat formasi masing2 keluarga ya..

  1. #TheYumnaas, terdiri dari #BapakWiwi, #IbukEnong, mba #Daira, dan #Gandiwa
  2. #KenziesFam, terdiri dari Oom Handi, Tt Lia, dan adek Kenzie
  3. #AkhtariosFam, terdiri dari Oom Adit, Tt Novri, dan adek Akhtar
  4. #KeelasFam, terdiri dari Oom Endra, Tt Reena, adek Keela, dan soon adeknya adek Keela
  5. #RaisasFam, terdiri dari Oom Yudha, Tt Shantika, adek Raisa, dan soon adeknya adek Raisa

dan ini adalah urutan kehamilan dan kelahiran dari emak2 nya, yg entah sudah ditakdirkan atau gimana, bisa kejar2an donkk.. hahaha 🙂

#IbukEnong (Daira) – 2 minggu kemudian – Bunda Lia (Kenzie) – 1 bulan kemudian – Mama Novri (Akhtario) – 9 bulan kemudian – MamaReena (Keela) – 2 bulan kemudian – Bunda Shantika (Raisa) – 2 bulan kemudian -#IbukEnong (Gandiwa) – 18 bulan kemudian insyaalloh – Mama Reena (soon adeknya adek Keela) – 3 bulan kemudian – Bunda Shantika (soon adek nya adek Raisa)

ga heran kan ya akhirnya kami bisa punya kiddos yg seumuran beda bulan palingan.. hehehe..

berteman dan memiliki grupis yg melibatkan seluruh anggota keluarga ini amat sangat menguntungkan, karena kita bisa selalu sharing dan caring tanpa harus malu dan ragu.. selain itu, antar anggota keluarga jadi bisa akrab.. semisal bapak2 nya, ibuk2 nya, bahkan kiddos pun bisa mudah akrab dan bersosialisasi 🙂

Bisimillah, insya Alloh, silaturahim yg kita jalin dengan landasan kasih sayang dan keakraban ini bersifat abadi ya, aamiin..

Proud t0 be member of #KeluargaSehat , sehat2 semua yaa 🙂 🙂

FB_IMG_1436154431808 IMG_0575

Naik Kereta Api Joglo Lebaran

Setelah sebelumnya naik kereta api taksaka semalam suntuk, maka saat kereta eksekutif jurusan jakarta – jogja tersebut mendarat mulus di stasiun tugu, kami masih punya 1 kali rute lagi. Yup, rute express jogja-Solo. Dan, itu akan kami lalui dengan kereta lagi. Meski buanyak sekali mode transportasi antar kedua kota tersebut, namun kami tetap memfavoritkan kereta. Aman, nyaman, dan cepat tentunya.

Lho kenapa tidak naik kereta dari jakarta yang langsung turun solo saja? Macam argo lawu, argo dwipangga, dkk? Tiket kereta saat lebaran pasti diambang kepunahan. Jadi selagi ada spesies yang masih available entah itu sampai jogja atau solo, langsung embat saja. Itu pun belum tentu kebagian. Jadi, tiket kereta api taksaka yang kami dapat kala itu sudah kami anggap lebih dari cukup. Kalo mau pilih ma, kereta bima lebih difavoritkan mbak daira. Toh dari jogja ke solo juga seabreg moda transportasi to?

Eits, jangan senang dulu. Menurut rilis berita dari KAI, saat lebaran 2015 kemaren, kereta komuter lokal rute jogja-solo KA Express Pramex ternyata tidak diopareasikan dari stasiun tugu melainkan dari stasiun Lempuyangan. Dari rencana naik taksi ke stasiun Lempuyangan atau ke terminal Giwangan pun sudah masuk ke rundown kami selanjutnya setelah mendarat dstasiun Tugu. Tapi, apa salahnya kalau tanya petugas, kali aja ada Kereta api model antahbarantah yang bisa mengangkut kami ke Solo. Dan benarsaja, setelah masuk ke tempat reservasi alias loket tiket kereta, ada kereta api yang 15 menit lagi (08.00 WIB) berangkat dari stasiun Tugu ke Stasiun Balapan. Wew, pucuk dicinta keberuntungan tiba. Tanpa harus naksi ke stasiun Lempuyangan atau terminal Giwangan, kami pun sukses mendapat moda transportasi yang diidamkan.

Namanya Kereta Api Joglo. Ini adalah salah satu jenis kereta api ekonomi AC yang masih baru. Menurut informasi sih ini adalah rangkaian kereta api Joko Tingkir yang sedang cuti alias tidak narik dan difungsikan sebagai kereta api lokal. Sejatinya KA Joko Tingkir sendiri adalah kereta api ekonomi AC yang melayani rute Solo (Balapan) – Jakarta (Senen) di hari biasa. Namun karena tidak dioperasikan seperti biasanya, maka dari pada mbegegeg tak berfungsi maka dijalankan lah kereta ini untuk rute dekat Jogja (Tugu) – Solo (Balapan). Pantes, di dalam gerbong hanya beberapa batang hidung saja yang menempati tiap gerbongnya.

asyikya tu disini!!!

gerbong kereta yang lengang

Kereta api ini masih terkesan “baru”. Dari beberapa seat terlihat masih ada yang terbungkus plastik. Kebersihan interior pun masih terjaga, serasa interior kereta eksekutif. Cahaya terang menyelimuti tiap sudut gerbong, jauh lebih terang dibanding kereta ekonomi biasa macam bengawan atau tawang jaya even bisnis seperti KA senja atau fajar utama. Yup, tepat sekali. Ini adalah kereta yang sejenis dengan kereta api Menoreh (rute Semarang Tawang – Jakarta Senen). Pantas sekali jika banderol tiket kereta ini hampir sama bahkan bisa melebihi harga tiket kereta api bisnis saat beroperasi di hari-hari biasa. Saking lengangnya, si sulung bisa berlaian dai ujung gerbong ke ujung yang lainnya. Oiya. Harga tiket kala itu rute Jogja-Solo adalah 20.000 rupiah tiap kepala dewasa. Keceriaan anak-anak selalu membuat hati kita berbunga. Tampaknya mereka suka sekali traveling. Apalagi dengan kereta. Atau momen mudik juga membuat mereka bahagia? Entahlah, yang penting mereka selalu sehat dan ceria. Itu saja. Semoga berguna…

Regards,

Bapak Wiwi

@AyahASI_Lampung Run 1K : Minggu 18 Oktober 2015

@AyahASI_Lampung Run 1K : Minggu 18 Oktober 2015

Yeayyyy, perdana nih di Lampung, Ayah ASI Run 1K, serius 1K? nit really 1 kilometer kok.. 1K=1 Keliling.. bahahah… and yes, #KeluargaBapakWiwi masuk dalam panitia juga peserta, tapi kali ini #IbukEnong bercerita tentang acara nya dan #TheYumnaas di dalamnya, kalo yang teknis kepanitian, biar #BapakWiwi aja yg bercerita ya nanti 🙂

So that, setelah dinanti2 sejak dari hamil #Gandiwa, akhirnya #KeluargaBapakWiwi diberi kesempatan untuk mengikuti event perdana @AyahASI_Lampung ini, Ayah ASI Run 1K 🙂 🙂 yeay… antusias nya udah ga ketulungan lagi, segala disiapin termasuk kostum, halahhh.. kostumnya sih kaos doank sih, tapi itu seruuuu… buat saya kayak prestasi aja gitu bisa liat #BapakWiwi pake kaos polo @AyahASI_Lampung, lalu #TheYumnaas pake kaos Breastfeeding Demand, dan saya memakai kaos seragam @Lampung_AFB..

Oiya, event Ayah ASI Run 1K ini serangkaian dengan acara Longmarch #AFBGoesTooAIMILampung loh.. jadi rute nya meeting point di GOR Saburai, lalu berjalan ke kanan menuju Gramedia, nah dari Gramedia ini lah dimulainya start Ayah ASI Run ini sampai finish di Bunderan Gajah, Tugu Adipura 🙂

Persiapan lainnya untuk ikut acara ini sih sebatas persiapan fisik kiddos aja, mereka udah di sounding jauh2 hari, bahwa kita sekeluarga akan ikut olahraga pagi bersama geng #KeluargaSehat, #GengKupi, dan keluarga adek Rafa, lalu kita akan berangkat pagi2, jadi pagi2 harus sdh bangun dan mandi, lalu berangkat.. Oiya, kali ini sparing partner  kami dari banyak keluarga loh, nah dari #GengKupi kan meamng kebetulan dua keluarga belum ada momongan, jadi ya dri awal udah janjian nanti keluarga Nom bakal minjem mba #Daira, dan keluarga Paman Rio bawa #Gandiwa, soalnya #BapakWiwi juga bakal sibuk jd panitia 🙂 Meskipun akhirnya dilapangan keluarga Paman Rio batal hadir..

Ayah ASI Run ini bukan ajang lomba lari, tujuannya sendiri semata2 untuk meningkatkan bonding antar ayah anggota keluarga, jadi acaranya seru2an aja, pun ga harus lari kok, boleh jalan kaki, bahkan boleh bawa stroller, gendongan, sampai sepeda dorong, semata2 biar bonding antara ayah dan anak semakin dekat.

Start acara jam 7 pagi, thats why jam 6 kami sudah standby di TKP, kiddos kooperatif sangat, apalagi pas ketemu temen2 dan banyak anak2 kecil nya, semangatttt mereka. mba #Daira lgsg digandeng Nom sama Tt Syifa, dan #Gandiwa langsung digendong sama #BapakWiwi dan langsung tancap gas berlari, etapiiii mba #Daira sempet cranky lohh, sempet bikin Nom dan Tt Syifa kewalahan, tapi malahan akhirnya pas selese acara gamau pulang sama kami, dia milih naik motor sama Nom dan tt Syifa ajah.. baiklahh…

Oiya, pas di tiba di garis Finish, pasangan ayah anak semua dapet medali finisher, termasuk #TheYumnaas juga dapet loh.. bahagiaaa banget deh.. wkwkwk..

Ahhhh, ketagihannn…

Semoga segera akan ada lagi event ini ya 🙂

3135343613937383832281614114110

Naik Kereta Api Taksaka

Lets start the Journey, again. Yup, ini adalah tentang perjalanan kami saat mudik lebaran ke kampung halaman. Tradisi tahunan yang sangat membahagiakan hati tahun ini tidak akan pernah kami lewati. Setelah tahun kemaren tidak bisa mencicipi, maka tidak untuk tahun ini. Kehadiran Gandiwa (putra kedua kami) menjelang lebaran tahun lalu (2014) menjadi kebahagiaan tersendiri sehingga kami lupa menjalankan tradisi. Dan dengan formasi lengkap tentunya, mudik tahun ini pun kami persiapkan dengan amat sangat matang. Jasmani rohani siap, tiket fix seminggu sebelum berangkat, oleh-oleh tentu sudah dikemas dalam tas. Awalnya, kami sangat ingin menggunakan moda transportasi yang berbeda-beda. Dari bus, kapal laut, pesawat, hingga kerata. Sebenarnya semua itu sangat memungkinkan, namun niat kami urungkan karena memprioritaskan kesehatan anak-anak. Kami pun mencoret satu moda transportasi favorit kapal laut (padahal pengin banget) dan memilih naik pesawat (alhamdulillah promo), bus dan kereta api.

Setelah memastikan semua tidak tertinggal, kamipun bergegas menuju bandara. Bandara Raden Inten 2 yang terletak di Branti Kab. Lampung Selatan. Check in, boarding, take off, dan akhirnya pesawat yang kami tumpangi pun landing mulus di bandara soekarno hatta tanpa adanya delay seperti halnya mudik 2 tahun lalu. Setelah bagasi sukses diambil dari mesin yang berputar itu, kami pun bergegas membeli tiket bus bandara (di depan terminal kedatangan) tujuan stasiun gambir. Perjalanan dengan bus pun kami lalui dengan cukup antusias. Dan akhirnya kami pun sampai di stasiun terbesar di indonesia itu (sok tahu, semoga benar). Well, kami pun terlalu cepat sampai sana sehingga harus menunggu kereta api take off hampir 5 jam lagi. Hhhhm… perut yang keroncongan memaksa kami harus singgah di salah satu kedai di dalam stasiun.

Bontot pun kami lahap dengan mantap. Kidos? Blm mau makan ternyata. Setelah makan dan ngopi ganteng sembari melepas lelah, kami pindah ke kedai sebelah untuk memesan mie agar perut kidos terisi juga. Alhamdulillah mereka kooperatif meski tidak selahap saat makan di daycare atau rumah. Selesai tu semua, jam masih menunjukkan 2-3 jam menuju take off. Dan, nglesot alias kipu bin gegoleran di lantai stasiun jadi menu kami selanjutnya hingga kami boarding ke kereta. FYI, kereta yang akan kami tumpangi nanti bernama “Taksaka” (meski si mbak kepengen banget naik “Bima”). Tapi its ok, menilik perjuangan kami mendapat tiket kereta tersebut tambahan melalui online yang diperebutkan orang seantero jagat raya. Namun akhirnya, “Taksaka” pun menjadi kereta favorit si mbak juga.

“Taksaka” adalah salah satu rangkaian kereta api yang melayani rute dari St. Gambit Jakarta Pusat menuju St. Tugu Jogjakarta. Kenapa dinamakan Taksaka? Mungkin karena rangkaian gerbong yang menyerupai ular raksasa di malam hari kali ya. Meskipun “Taksaka” sebenarnya adalah tokoh pewayangan yang antagonis musuh Pandawa khususnya Arjuna, namun tersemat juga jadi sebuah nama kereta. Entah mengapa tokoh antagonis tersebut akhirnya dijadikan nama rangkaian kereta api. Saya pernah mention ke twitter KAI namun belum dijawab juga. Nanti kalo dijawab insyaallah saya share disini. Atau kalian ada yang tahu jawabanya? Ah sudahlah, mengenai nama dan sejarah hingga penjelasan pernak-pernik kereta api Taksaka bisa anda tengok di wikipedia.

1 minggu menjelang lebaran Stasiun Gambir tidak terlalu penuh berjubel. Namun, antrian masuk ke peron memang lebih dari biasanya. Makanya kami bisa gelongsoran di depan gerbang masuk peron. Dan yey, penantian kami pun membuahkan hasil. Meski memangku kidos 2 jam lebih yang telah tertidur lelap sambil sesekali kepala condong ke kanan dan ke kiri, akhirnya tepat pukul 23.10 (hampir tengah malam bukan?) pintu gerbang menuju kereta kami pun dibuka. Kami pun memantabkan langkah masuk menuju peron meski badan sedikit terhuyung karena ngantuk dan capek. Gerbong dengan cat khas kuning abu-abu yang terpampang di depan mata jelas menunjukkan bahwa itu adalah kereta yang akan kami tumpangi. Narsis bentar, Mencari nomor gerbong dan kursi yang tertera pada tiket, dan meletakkan bokong yang sudah sedari tadi panas ke kursi kereta yang empuk. Kidos pun antusias hingga terjaga dari tidur mereka.

Jpeg

Aura kereta eksekutif khas sekali terasa setelah memasuki gerbong kereta taksaka. Jok berbalut kulit sintetis dengan dilengkapi selimut dan bantal tiap seat menghiasi pemandangan interior. Seat memang tidak selebar seat bus damri royal clas, namun sudah cukup mengakomodasi bemper kami yang diatas rata-rata. Jok pun cukup empuk, ya rata-rata lah keempukan jok kereta eksekutif non pariwisata. Kaki masih bisa selonjor bebas meski kadang sungkan karena footstep terasa seperti es batu. Meski ac tidak sedingin kereta Bima (kereta eksekutif terdingin yang pernah kami naiki), namun selimut biru jatah perseat sangat membuat kenyamanan kami. Setelah kereta berjalan, kamipun terlelap hingga stasiun tujuan (hanya sesekali bangun untuk buang air kecil).

Jpeg

Jpeg

Over all kereta ini nyaman meski ratingnya bukan TOP. Buktinya kidos sukses melewati ujian ini dengan lancar jaya tanpa rewel sedikitpun. Well, kereta takasaka? Rekomended kok gan. Semoga berguna… eh iya abis ini kami naik kereta lagi lhoo… di next artikel yah…

Regards,

Bapak Wiwi

Rukun-rukun dan Saling Menjaga Selalu, #The Yumnaas :)

Rukun-rukun dan Saling Menjaga Selalu, #The Yumnaas :)

Punya dua anak dengan umur selisih ga jauh plus beda jenis kelamin itu luar biasa menyenangkan, dan Alhamdulillah kami diberi nikmat tersebut oleh Alloh SWT. Semua yg kami pikir teramat sulit dilalui ketika dibayangkan, ternyata tidak sesusah bayangan ketika menjalaninya. Subhanalloh, nikmat benerrrr… mulai dari Nursing While Pregnant yg banyak dianggap ga normal dan harus segera diakhiri tapi ternyata saya lalui dengan 100% lancar, lalu masuk fase Tandem Nursing yg oleh sebagian besar orang dianggap merepotkan dan tak lazim, Alhamdulillah kami bisa melewati dengan smooth, diteruskan dengan Weaning With Love nya mba #Daira, yg lagi2 katanya banyak yg berhasil nya dengan berurai air mata, ini kami lewati dengan amattttt gampang (nanti ya saya ceritakan terpisah ya bab WWL ini), selanjutnya masih mba #Daira yang tahap selanjutnya masuk ke masa Toilet Training dan lepas diapers, yg mana selalu dibilang akan susah, mengingat mba #Daira tak pernah sekalipun lepas diapers sejak nuborn ya, tetapi alhamdulillah lagi berjalan dengan amat kooperatif..

Yap, kuncinya adalah kerjasama..

sejak awal, saya dan #BapakWiwi  sepakat untuk mengerjakan semua dengan kerjasama, termasuk ketika mba #Daira lahir, kita mengajak dia untuk selalu kooperatif, pun hingga #Gandiwa akhirnya ada dan sampai detik ini, hanya kerjasama yg kami andalkan untuk melewati semuanya..

Alhamdulillah, kami belum menemukan kendala yg berarti ketika mengasuh dan meggiring tumbuh kembang #TheYumnaas.. mereka juga bukan tipikal kategori sodara yg sering berantem dan iri2an, apa krn mereka masih bayi ya, ah semoga saja meamng tidak lah..

lucunya, sekarang ini #Gandiwa sudah bisa melakukan perlawanan dan pembelaan diri ketika berkonflik dengan kakaknya, pun #Daira, ternyata sudah mengerti rules nya menjadi seorang kakak yg baik seperti apa, jadi suka seru ketika melihat #TheYumnaas sedang bermain bersama, ketawa bareng, sesaat kemudian ada yg menangis, lalu kembali bermain bersama..

Jpeg
Jpeg

Jpeg
Jpeg

Jpeg
Jpeg

Jpeg
Jpeg

Jpeg
Jpeg

Jpeg
Jpeg

WP_20151011_002 WP_20151021_089 WP_20151022_002 WP_20151023_015 WP_20150924_056

Ahhh, rukun2 selalu ya, kiddos :* :*